‘Pantai Sampah’, Julukan Penuh Harapan
Namun,
tidak berlaku dengan ‘Pantai Sampah’ yang berlokasi di Desa Tanjung Burung,
Teluk Naga, Tangerang. Dari namanya saja sudah bisa kita bayangkan, tak ada
yang menarik dari pantai tersebut. Dengan memilki julukan berkonotasi negatif,
pantai ini memang dihantui oleh puluhan ribu sampah. Bahkan sampah-sampah di
sana bisa saja membentuk dataran dengan sendirinya.
Beberapa
waktu lalu saya sempat menyambangi Desa Tanjung Burung bersama dengan
teman-teman saya. Kami bertemu dengan salah satu Tokoh
Masyarakat:
=Pak Guntur. Dari beberapa perbincangan yang telah kami
lakukan, kami mendapatkan banyaknya permasalahan yang dialami oleh masyarakat
di sana. Seperti: perekonomian, kebersihan dan kesehatan.
Dari
perbincangan itulah, ‘Pantai Sampah’ menjadi fokus utama saya dari sekian
banyak permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat Desa Tanjung Burung. Pengelolaan
sampah yang kurang optimal memberikan dampak sangat buruk bagi masyarakat di
sana.
Penumpukan
sampah di bibir pantai membuat resah masyarakat selama bertahun-tahun. Karena
sampah yang telah menumpuk mencemari kualitas air, meluapnya air, dan
menghasilkan bau yang tak menyenangkan. Bagi sebagian masyarakat berprofesi
sebagai nelayan dan memiliki tambak sangat dirugikan dari kehadiran
sampah-sampah ini.
Salah
satu warga yang memiliki tambak juga sudah luput tertimbun tumpukan sampah yang
begitu ekstrim. Nelayan yang seharusnya pergi belayar mencari hewan laut untuk
menafkahi keluarganya, kini kesulitan karena kualitas air yang telah tercemar hingga
mengakibatkan ikan-ikan sulit didapati karena mati terserang penyakit.
Persoalan
lingkungan ini telah dirasakan oleh masyarakat sejak tahun 90-an. Mereka harus
berjibaku satu sama lain untuk menghadapi kenyataan yang menimpa tempat
tinggalnya.
Bahkan
untuk pengunaan air dalam kehidupan sehari-hari saja, mereka hanya bisa
mengandalkan air PDAM atau air jerigen yang biasanya berjualan berkeliling desa.
Mereka tidak bisa lagi memanfaatkan air sungai yang seharusnya bisa dimanfaatkan
untuk kehidupan masyarakat.
Dari
masalah lingkungan ini, juga sangat rentan berdampak dengan perekonomian dan
kesehatan masyarakat. Tak mungkin juga tumpukan sampah di sana bisa memberikan
kenyamanan dan kelayakan hidup bagi masyarakat bukan?
“Makanya,
kalo gitu sih masalahnya gampang. Edukasi masyarakat di sana dong, agar peduli
terhadap lingkungannya sendiri!” ujar netizen.
Eitss, jangan langsung ambil
kesimpulan gitu dong. Saya jelaskan yaa, tumpukan sampah yang telah menghantui mereka
bertahun-tahun, hingga saat ini bukan sepenuhnya ulah masyarakat sekitar.
Sampah-sampah
ini berasal dari kiriman aliran sungai Kali Cisadane. Sialnya, wilayah Desa
Tanjung Burung berdampingan dengan aliran sungai, hingga mulut muara.
Mengakibatkan kiriman sampah yang bukan berasal dari wilayah tersebut menumpuk.
“Persoalan
lingkungan ini adalah salah satu kegagalan pendidikan yang berimbas terdahap
kurangnya kesadaran masyarakat untuk mengelola dan bijak dalam penggunaan
plastik (sampah).” ujar Pak Guntur.
Bagi
Pak Guntur, pendidikan di jenjang manapun sangat berperan penting dalam menjaga
lingkungan. Karena persoalan sampah bukan hanya sebatas “Buanglah sampah pada
tempatnya.” Tapi bagaimana seharusnya masyarakat bisa disadarkan untuk
mengelola sampah yang telah mereka pakai.
Contohnya,
seperti kian semrawutnya tumpukan sampah yang berada di TPST Bantar Gebang,
Bekasi, Jawa Barat. Masuk dalam kategori salah satu tempat pembuangan sampah
terbesar di dunia, kini TPST Bantar Gebang kewalahan untuk menangani sampah
yang kian meningkat volumenya dari tahun ke tahun.
Kini
masyarakat Desa Tanjung Burung hanya bisa berharap dengan pemerintah untuk
fokus terhadap masalah yang telah mereka hadapi hingga saat ini. Karena mereka
sudah kehabisan akal dalam menangani masalah yang telah hinggap tanpa ada
solusi yang tak kunjung datang.
Comments
Post a Comment